Allah Berfirman: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (An-Nuur 24:32-33)
PERINTAH MENIKAH
Allah Berfirman: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" (An-Nuur 24:32)
Ibnu Kathir menafsirkan ayat diatas dengan mengatakan: "Ayat ini memerintahkan nikah".Rasulullah saw bersabda: "Wahai sekalian pemuda! Barangsiapa diantara kalian yang mampu mengeluarkan biaya pernikahan, maka hendaklah ia menikah, kerana menikah itu lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, kerana puasa merupakan penawar nafsu syahwat". Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim di dalam kitab mereka ash-shahiih dari hadis Ibnu Mas'ud.
Di dalam kitab as-Sunan dengan jalur periwayatan yg beragam, termaktum hadis rasulullah saw:"Menikahlah kalian, milikilah anak dan keturunan yg banyak kerana sesunguhnya aku merasa bangga dengan jumlah kalian dihadapan umat2 yg lain pada hari kiamat nanti" (Hadis nin teks yg agak mirip diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa'i)
Lafazh "al-ayaamaa" yg termaktub pada ayat 32,merupakan bentuk jama'(plural) dari lafazh "al-aymu), yg bererti wanita yg tidak bersuami atau laki2 yg tidak beristeri,baik masing2 dari mereka sudah pernah bernikah kemudian bercerai, atau sama sekali belum pernah bernikah. Al-Jauhari telah mengutip erti diatas dari para ulama' bahasa. Sebagaimana ungkapan "Rajulun Aimunn Wam Raatun Aimunn" (laki2 dan wanita yg tidak berstatus bernikah) utk kedua2 nya disifati dengan satu kata yg sama, yakni "Aimunn".
Menjelaskan firman Allah swt: "Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui", Ali bin Abi Thalhal - sebagaimana keterangan yg ia kutip dari Ibnu 'Abbas berkata, "Allah memberi semangat kepada manusia bernikah. Allah memerintahkan nikah kepada mereka yg berstatus merdeka mahupun hamba sahaya. Allah berjanji kepada mereka akan memberikan kecukupan atau kemampuan utk bernikah. Dia berfirman: "Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya"(Ath-Thabari (XIX/166)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Carilah kecukupan rezki dengan bernikah, kerana Allah swt berfirman, "Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya". Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. (Ath-Thabari (XIX/166)).Al-Baghawi menyebutkan atsar yg sama dari Umar r.a.
Diriwayatkan dari Laits dari Muhammad bin 'Ajalan dari Sa'id al-Maqbari dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: "Ada tiga golongan yg Allah berjanji akan menolong mereka, (1)orang yg bernikah dengan tujuan menjaga kesucian,(2)hamba sahaya yg ingin membebaskan dirinya dengan cara membayar secara ansuran,(3)orang yg berperang dijalan Allah swt" (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad(II/251) , at-Tirmidzi dalam Tuhfatul Ahwadzi(V/296), an-Nasa-i dalam Sunan an-Nasa-i(VI/61) dan Ibu Majah (no 2518))
Rasulullah saw pernah menikahkan seorang laki2 yg tidak memiliki apa2 kecuali kain yg dipakainya.Sehingga ia tidak mampu membeli cincin dari besi. Meskipun demikian, beliau menikahkannya dengan seorang wanita dan menjadikan mas kawen nya berupa mengajarkan Al-Quran kepada isterinya kerana hanya itu yg ia punya.Kita semua maklum bahawa diantara kasih sayang Allah swtdan kebaikan nya adalah memberikan mereka berdua kurnia rezki yg dapat mencukupi hidup mereka.
PERINTAH MEMELIHARA KESUCIAN BAGI MEREKA YANG TIDAK MAMPU BERNIKAH
Allah Berfirman: "Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya" (An-Nuur 24:33)
Ibnu Kathir menafsirkan ayat diatas dengan mengatakan: "Ini merupakan perintah dari Allah swt bagi orang yg tidak memiliki biaya pernikahan, hendaklah mereka menjaga diri dari hal-hal yg diharamkan. Sebagaimana Sabda Nabi saw: "Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian yang mampu mengeluarkan biaya pernikahan.Maka hendaklah ia bernikah, kerana menikah itu lebih menjaga pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, kerana puasa merupakan penawar nafsu syahwat" (Fathul Bari (IX/14), Bukhari no 5066)
Ayat 33 surah An-Nuur ini memiliki erti yg umum.Sedangkan ayat yg telah termaktub dlm surah An-Nisa' memiliki makna yg lebih khusus. Ayat tersebut adalah:
Allah Berfirman: "Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-Nisa' 4:25)
Menjelaskan firman Allah swt berkenaan ayat ini: "Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya".Ikrimah berkata: "Seorang laki2 yg melihat wanita lain dengan penuh syahwat,bila ia mempunyai isteri,maka hendaklah ia menemui isterinya dan memenuhi hasrat seksnya.Namun bila ia tidak beristeri, hendaklah ia menunggu ketentuan Sang Pencipta langit dan bumi. Ia menunggu sampai Allah memberi kemampuan padanya"
Sumber Rujukan: Sahih Tafsir Ibnu Kathir, Terbitan Pustaka Ibnu Kathir, Jilid 6.
No comments:
Post a Comment